Monday, January 07, 2013

Doa "BAPA KAMI"

Matius 6:5,7,8   "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu MENGETAHUI  apa yang kamu PERLUKAN, SEBELUM kamu minta kepada-Nya.

Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus langsung kepada murid-murid-Nya sebagai pedoman berdoa.(Matius 6: 9)
Sayangnya sekarang lantunan doa Bapa Kami terdengar hanya sebagai sebuah rutinitas tanpa makna...Padahal, Doa Bapa Kami adalah sebuah Doa yang mencakup segala aspek kehidupan.

Mari kita kupas secara detail......(Kotbah Pdt Nathan Dermawan ...versi saya...)
Doa diawali  dengan MEMULIAKAN/MENGAGUNGKAN NAMA-NYA :
Bapa kami yang di sorga,dikuduskanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,di bumi seperti di sorga

Lalu dilanjutkan dengan PERMOHONAN kita:
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat

dan ditutup oleh PENGAKUAN IMAN kita :
[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.  Amin.]

Layakkah kita menyebut diri kita sebagai Anak Allah?
Sebagai anak seharusnya kita hidup sepenurut kehendak-Nya.
Kita bukan hanya PERCAYA, tapi juga harus BERTOBAT dan DIBAPTIS sesuai dengan kehendak-Nya, agar layak menerima kepenuhan Roh Kudus yang akan bersaksi bagi kita.(Kisah Rasul  2:38  Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk PENGAMPUNAN dosamu,  maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.) dan
Roma  8:15-16 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!".  Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Jadi, sebagai umat Kristiani alangkah bijak kalau kehadiran kita ke gereja bukan hanya sekedar suatu rutinitas tanpa makna. Kejarlah kepenuhan Roh Kudus!

Sebagai anak, selayaknya kita membina hubungan yang baik dengan Bapa kita.
Bagaimana bisa terjalin hubungan baik kalau kita ogah-ogahan datang ke rumah-Nya untuk mendengar firman-Nya?
Bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik, kalau kita malas membaca firman-Nya? Padahal dari firman-Nya kita bisa MENGENAL dan MEMAHAMI apa KEHENDAK-NYA dan mengetahui apa yang menyakiti hati-Nya.

Mari kita tingkatkan kedewasaan rohani kita, mempererat hubungan kita dengan Bapa kita. Bukan hanya sekedar meminta, memohon dan memaksa kehendak kita kepada-Nya tapi kita berusaha/berupaya memuliakan nama-Nya melalui perbuatan dan prilaku kita.
Have a blessed Monday........

Tuesday, January 01, 2013

MemBINA atau mem"BINASA"kan anak kita?

Seorang sarjana yang baru lulus pergi untuk melamar posisi manajerial di sebuah perusahaan besar. Dia lulus wawancara pertama, Direktur Personalia melakukan wawancara terakhir.
Dari surat lamaran terbaca prestasi akademik pemuda itu sangat baik  dari sekolah menengah sampai pascasarjana,tidak pernah satu tahun pun gagal.
Direktur bertanya: "Apakah Anda memperoleh beasiswa di sekolah?"
Si pemuda menjawab :"tidak ada".

Direktur bertanya:"Apakah  ayahmu yang membayar biaya sekolah anda?"
Si pemuda menjawab:"Ayah saya meninggal ketika saya berusia satu tahun, ibu saya yang membiayai sekolah saya.

Direktur bertanya,"Di mana ibumu bekerja?"
Si pemuda menjawab,"Ibu saya bekerja sebagai buruh cuci pakaian.
Direktur meminta pemuda untuk menunjukkan tangannya.
Pemuda menunjukkan sepasang tangan yang halus dan sempurna.

Direktur bertanya,"Pernahkah anda membantu ibu anda mencuci pakaian?"
Si pemuda menjawab,"Tidak pernah, ibu saya selalu ingin saya belajar dan membaca lebih banyak buku.Selain itu, ibu saya bisa mencuci pakaian lebih cepat dari saya.

Direktur mengatakan,"Saya punya satu permintaan, bila anda pulang hari ini, bersihkanlah tangan ibumu, datanglah menghadap saya kembali besok"

Pemuda merasa bahwa kesempatannya mendapat pekerjaan itu tinggi. Ketika ia kembali, ia dengan senang hati meminta ibunya untuk membiarkan dia membersihkan tangannya. Ibunya merasa aneh, tapi senang dengan perasaan campur aduk, ia menunjukkan tangannya kepada anak tersebut.

Pemuda itu membersihkan tangan ibunya perlahan. Air matanya jatuh saat ia melakukan itu. Ini adalah pertama kalinya ia menyadari bahwa tangan ibunya begitu keriput, dan ada begitu banyak memar di tangannya. Beberapa memar begitu menyakitkan bahkan ibunya menggigil ketika memar itu dibersihkan dengan air.

Untuk pertama kalinya pemuda ini menyadari bahwa sepasang tangan ibunyalah  yang sehari-hari mencuci pakaian,memungkinkan dia  mampu membayar biaya sekolah. Memar di tangan ibu adalah harga yang ibunya bayar untuk keunggulan akademik dan masa depan anaknya.

Setelah selesai membersihkan tangan ibunya, pemuda itu diam-diam mencuci semua pakaian yang tersisa.

Malam itu, ibu dan anak berbicara untuk waktu yang sangat lama.

Keesokan harinya, pemuda pergi ke kantor direktur.

Direktur melihat air mata di mata pemuda itu, bertanya:"Bisakah Anda ceritakan apa yang telah Anda lakukan dan pelajari kemarin di rumah anda?"

Si pemuda menjawab,"Aku membersihkan tangan ibuku, dan juga menyelesaikan mencuci semua pakaian yang tersisa '

Direktur bertanya,"Tolong katakan padaku perasaan Anda."

Si pemuda berkata,
1. Aku sekarang mengerti apa itu "Penghargaan". Tanpa ibu saya, takkan ada kesuksesan saya hari ini.
2. Dengan bekerja sama dan membantu ibu saya, saya sekarang menyadari betapa sulit dan kerasnya usaha untuk mendapatkan sesuatu.
3. Saya bisa lebih  menghargai pentingnya dan bernilainya hubungan keluarga.

Direktur itu berkata,"Ini adalah apa yang saya cari untuk menjadi manajer saya, saya ingin merekrut orang yang bisa menghargai bantuan orang lain, seseorang yang mengetahui penderitaan orang lain untuk menyelesaikan sesuatu, dan orang yang tidak akan menempatkan uang sebagai  satu-satunya tujuan dalam hidup. Anda diterima bekerja disini!.

Kemudian, orang muda ini bekerja sangat keras, dan menerima hormat dari bawahannya. Setiap karyawan bekerja dengan tekun dan sebagai sebuah tim. Kinerja perusahaan sangat meningkat.

Seorang anak, yang selalu  dilindungi dan biasa diberikan apapun yang ia inginkan, akan mengembangkan "MENTALITAS HAK" dan akan selalu menempatkan diri terlebih dahulu. Dia akan mengabaikan/tidak menghargai upaya orangtuanya.

Ketika ia mulai bekerja, ia menganggap bahwa setiap orang harus mendengarkan dia, dan ketika ia menjadi manajer, ia tidak akan pernah tahu penderitaan karyawan dan akan selalu menyalahkan orang lain.
Untuk jenis orang  yang baik akademisnya, mungkin ia bisa berhasil tapi hanya untuk sementara waktu, dia tidak akan pernah menghargai  pencapaian prestasi.
Dia akan selalu menggerutu  penuh dengan kebencian dan menuntut  lebih dan lebih lagi.

Jika kita adalah orangtua yang protektif, yang selalu membenarkan dan memenuhi semua keinginan anak kita,  apakah kita benar-benar menunjukkan cinta kita kepada anak kita atau kita justru menghancurkan anak kita ?

Anda boleh saja memberikan anak anda sebuah rumah besar,  sebuah mobil untuk berkeliling, makan makanan yang serba enak, belajar piano, menonton TV big screen. Tetapi ketika Anda harus memotong rumput dihalaman, tolong biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka cuci piring dan mangkuk mereka. Biarkan mereka memakai transportasi umum,bukan karena anda tidak memiliki uang untuk memberi mereka sebuah mobil atau sewa pembantu, tapi itu karena anda MENCINTAI MEREKA DENGAN CARA YANG BENAR. Anda ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kaya orang tua mereka, suatu hari rambut mereka akan menjadi putih(beruban), sama seperti orang tua mereka sekarang. Yang paling penting adalah anak anda belajar bagaimana menghargai upaya orang tua mereka dan mempunyai pengalaman, bahwa hidup itu tidak selalu gampang serta mempunyai kemampuan  bekerja sama dengan orang lain untuk mendapatkan sesuatu .