Walau berbeda keyakinan, banyak kesamaan hikmat yang saya temukan, sebagai introspeksi diri dan juga penguat diri, saya resume menurut kemampuan saya :
Gus Miftah dalam misi pengajiannya ditempat-tempat yang dihindari para ulama lain mengaku hanya berusaha, soal hidayah itu urusan Allah ~~ demikian juga kita sebagai umat Kristen, kita mengemban Amanah Agung-Nya untuk memberitakan Injil(Kabar baik), soal diterima atau tidaknya...itu urusan TUHAN ( Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.)
Gus Miftah:" Jangan hina pendosa seolah-olah kamu tidak pernah berbuat dosa: Kita sering jadi "jaksa" dan "hakim" bagi kesalahan orang lain dan jadi "pengacara" bagi kesalahan kita sendiri - selalu mencari pembenaran/merasa benar selalu.
Lukas 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”
Kitapun adalah pendosa, jangan menghakimi sesama.
Fanatik boleh dan HARUS! tapi untuk diri sendiri.
Dan .... buah iman kita adalah perilaku dan perbuatan kita sehari-hari.
Gus Miftah menyebut dengan jelas dan lugas... Dosa sosial lebih berat dari dosa pribadi. Apa itu dosa sosial? Pejabat/pemegang amanah yang menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangannya.. Korupsi atas uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya tapi dipakai untuk memuaskan nafsu keserakahan dirinya sendiri.
Semoga Allah berkenan menjadikan hati kita lahan yang subur bagi firman-Nya, seperti yang tertulis di Markus 4:20 - damai sejahtera dunia kita temukan. Semoga 🙏🏻