“Hanya TUHAN yang bisa menghakimi/menilai keimanan kita,tidak ada seorangpun yang berhak,termasuk pemuka agama/yang ahli agama”…demikian bunyi sepenggal kalimat yang saya kutip dan simpan dalam hati,karena walaupun seseorang itu adalah seorang ahli dan pemuka agama,dia tetaplah seorang manusia yang tidak akan pernah luput dari kesalahan dan ketidak sempurnaan.
Kalimat diatas di perkuat lagi oleh kotbah yang saya dengar dari seorang hamba Allah yang membandingkan sikap dan tindakan Abraham (yang seorang Nabi) dengan Abimelekh(yang notabene seorang kafir) sebagai berikut:
Ketika Abraham dan Sara,istrinya yang cantik tiba di Gerar sebagai orang asing.Abraham berpikir(menghakimi) bahwa orang-orang di Gerar tidak mempunyai takut akan Allah dan dia akan dibunuh karena kecantikan istrinya (Kej 20:11),maka dia berbohong dan juga menyuruh istrinya berbohong bahwa mereka berdua adalah bersaudara bukan sebagai suami istri.
Adapun Abimelekh ,ketika menerima firman Allah tentang kesalahannya telah mengambil istri seorang nabi,Abimelekh membela diri bahwa bukan salah dia,karena dia telah menanyakan hal itu kepada Abraham maupun Sara,dan mereka berdua menjawab bahwa mereka adalah bersaudara,bukan suami istri.
Lalu Tuhan pun ber firman bahwa DIA tau bahwa Abimelekh mempunyai hati yang tulus dan DIA mencegah Abimelekh berbuat dosa kepada Allah,asal Abimelekh mau mengembalikan Sara kepada Abraham.(Kej 20:6)
Abimelekh pun SEGERA melakukan hal yang disuruh Allah keesokan paginya begitu dia bangun dari mimpi nya dan hebatnya…Abimelekh dengan tulus hati memberikan kambing domba dan lembu sapi,hamba laki-laki dan perempuan serta memberi kesempatan seluas-luasnya kepada Abraham dan Sara untuk tinggal dan menetap di Gerar.(Kej 20:14,15)
Dari rangkaian kisah Alkitab di atas….kita jelas mengetahui bahwa walaupun Abraham adalah seorang Nabi yang ditunjuk dan diakui Tuhan(Kej 20:7) ,dia tidak luput dari perbuatan dosa(berbohong dan menyuruh orang berbohong demi kepentingan dirinya(takut dibunuh ).
Jadi walaupun kita adalah pekerja kudus(Panatua,Pendeta,Diaken,Diakenis dst... janganlah melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan oleh Nabi Abraham.
Jangan terpaku/terpukau karena jabatan/status,lalu seenak dengkul kita menghakimi orang-orang disekitar kita,apalagi mengatakan seseorang itu lemah iman atas dasar penglihatan kasat mata kita…amit-amit deh…Emangnya kita TUHAN? yang bisa mengukur keimanan orang?
Apa yang kita perbuat(terhadap diri sendiri,keluarga dan sesama lah) yang menjadi ukuran nilai hidup kita dan bisa menjadi ukuran iman kita kepada Tuhan.
Kita sebagai manusia mempunyai fungsi ganda: Sebagai hamba dan sebagai “rupa Allah”
Sebagai hamba Allah:
- Kita dituntut untuk menundukkan diri pada kekuasaan Allah sang Maha Kuasa dan Pencipta kita.
Sebagai “rupa Allah” :
- Bagaimana cara kita agar sifat-sifat Allah bisa terwujud dalam setiap sikap,gerak,ucapan dan prilaku kita sehari-hari.
Kecerdasan adalah sumber kehidupan ( Jadi, teruslah menimba ilmu…)
Hasrat/keinginan adalah penggerak hidup ( Tidak salah untuk memiliki hasrat/keinginan,bukan sesuatu yang tabu menjadi kaya……)
Tingkah laku adalah wajah yang tampak dari kehidupan ( Jaga dan awasilah tingkah laku kita)
Bagaimana?
No comments:
Post a Comment