Tanggal 20 Desember 2008 tadi aku ngikuti Pdt Dede mengadakan penginjilan dan penggembalaannya ke Kapuas, 2 jam naik mobil dari Banjarmasin.
Kita berangkat jam 12 teng siang( Pdt Dede dikenal dengan jam besi nya bukan jam karet :)
Sesampainya di Kapuas, kami makan siang dulu di depot HUSU (karena Gunawan mau bayar "utang" sama sang istri hehehehe, bertahun yang lalu beliau diajak "group"nya makan disana, pulang2nya dengan semangat 45 dia bilang...uenak sekali dan mau ajak aku kesana, tapi siapa yang bela-belain makan bakar-bakaran ke Kapuas? nggak lah .......lagian, sambelnya terlalu asin menurutku.
Selesai makan, kita langsung menuju rumah tempat diadakannya kebaktian.
Yang menarik, selesai kebaktian ada sepasang suami istri paruh baya "curhat" ke pendeta.(bukan jemaat GYS).
Sambil nangis, dia ceritanya....Sudah 8 (delapan) tahun dia melakukan pelayanan.
Dia hibahkan tanahnya di jalan protokol(tukar guling dengan tanah yang lebih terpencil letaknya) untuk rumah Tuhan(agar jemaat bisa berkebaktian),dia yang datangi rumah-rumah jemaat untuk minta tandatangan guna melengkapi perizinan.
Akhirnya berdirilah dengan megah gerejanya(kami ada lewat didepannya, lengkap dengan fasilitas AC), katanya dengan bantuan orang-orang(kaya) Banjarmasin.
Yang aneh(menurut dia) tiap kali kebaktian yang di sebut-sebut di mimbar adalah jasa orang-orang(kaya) Banjarmasin itu, mereka yang merintis(orang-orang Kapuas) tidak di gubris lagi,habis manis sepah dibuang.....atau karena kami orang kampung?
Kayanya pendetanya fokus pada jemaat yang kaya dan muda....minimal S1 katanya ditengah sesengukannya.
"Saya sakit hati sekali pa pendeta", salahlah saya? kalau saya tidak rela lagi menghibahkan tanah saya tersebut?
"Saya sudah beritahu mereka, mereka boleh ambil bangunan yang mereka dirikan, saya mau minta tanah saya dikembalikan"
"Yang lebih kurangajarnya, si pendeta tersebut sudah pernah berusaha membaliknama kepemilikan tanah tersebut di Banjarmasin, tapi ditolak, dan kembali ke notaris Kapuas yang kebetulan baik dengan saya"
"Tuhan memang "bemata"(bahasa Banjar, artinya Tuhan punya mata), Tuhan memang baik.
Sekarang masih dalam proses, sekali lagi dia bertanya: "Salahlah saya pa pendeta?"
Kebetulan Pendeta Dede adalah seorang sarjana hukum. Dengan sabar beliau menerangkan apa yang bisa di perbuat oleh si tante dan suaminya.
Sebagai penutup, Pdt Dede mengakhiri :"nanti kita doakan ya tante..."
Si Tante langsung nyambar: "Saya minta didoakan sekarang saja pa pendeta......."
Akhirnya kami tutup dengan doa khusus untuk beliau dan kasusnya.
Mudah-mudahan beliau dilapangkan atas kasus yang dihadapinya.Amin
Pesan moral....
Fakta dilapangan membuktikan, bahwa bagaimanapun Hamba Tuhan itu adalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan.
Selama dia masih dijalan NYA, kita wajib menghormati dan mengapresiasi talenta nya. Tak boleh kita memujanya(jadi berhala dong....^_^)
Kalau dia melakukan kesalahan...tegur...ingatkan kembali bahwa dia adalah pelayanNYA yang harus mencerminkan kebenaranNYA dalam prilaku sehari-harinya.
Tapi kalo kesalahan tersebut dilakukan dengan sadar(sudah tahu tanah itu milik tante(menurut si tante belum dibayar dan belum di tukar guling), ok malah mau di baliknama ? Dosanya jadi berlipat ganda dong? x_x
Hati-hati juga dengan pengalaman seorang teman ini...
Dia melihat seorang hamba Tuhan dengan bersemangat melepas cincin permata dijarimanisnya sebagai persembahan kepada Tuhan...eeee ....berapa hari kemudian dia lihat lagi cincin tersebut kembali bertengger dijari manis hamba Tuhan tersebut.
Mungkin karena dia adalah pengelola tunggal persembahan dari jemaatnya, tapi itu sama dengan "usaha" dengan "menjual" nama TUHAN bukan?
Ini adalah pendapat dan kapasitas pribadi saya.....bagaimana dengan anda?
shallom......
No comments:
Post a Comment